Diterbitkan tanggal 19 July 2016 oleh michael
Gagasan komputasi awan disebut telah membawa babak
baru dalam industri infrastruktur teknologi di dunia. Banyak kesempatan-kesempatan
baru yang tentunya turut hadir dengan tantangan yang perlu dihadapi pula, salah
satunya adalah isu sumber daya manusia (SDM).
Perusahaan konsultan IT Softchoice merilis riset yang
melibatkan 250 manager IT dan 250 pembuat keputusan strategis dalam industri
yang sama tentang hal ini. Hasilnya mengindikasikan bahwa secara umum kita dunia
kekurangan kandidat yang kredibel dan banyaknya praktik mengadopsi strategi
komputasi awan yang dinilai masih salah kaprah.
“Ada kesempatan yang luar biasa jika sebuah bisnis
memutuskan untuk beralih menggunakan komputasi awan, namun sayangnya tanpa SDM
yang mumpuni hal tersebut tidak bisa dimanfaatkan begitu saja,” kata Director
of Microsoft Practice di Softchoice Craig McQueen, melansir pemberitaan dari NetworkWorld.
Lebih lanjut menurut Craig, sebuah bisnis yang mencoba mengimplementasi
komputasi awan tanpa strategi yang tepat hanya akan memberikan resiko
menyianyakan infrastruktur dan membuka celah keamanan, dan juga biaya.
Anggapan demikian merupakan fakta nyata bahwa pada dasarnya
butuh keahlian yang mendalam untuk bisa mengaplikasikan konsep komputasi awan
dalam infrastruktur perusahaan. Namun jika ditelisik sedikit lebih dalam
melalui pendekatan yang berbeda, system administrasi tidak perlu menyelami
sedalam itu. Pemahaman fundamental setidaknya sudah cukup dalam menjalani dan
mengimplementasi komputasi awan pada infrastruktur perusahaan.
Salah satu solusinya ialah ketika perusahaan mau mencari lantas
giat menjalin komunikasi dengan penyedia layanan komputasi awan untuk
menyelaraskan maksud dan tujuan. Benefit dari komputasi awan terlalu banyak
untuk diabaikan, penyedia layanan cloud
hosting maupun web hosting Indonesia
sudah sewajarnya memberikan tawaran yang lebih dari sekedar sebuah produk,
tetapi solusi. Ketersediaan bantuan teknis cepat tanggap selama 24 jam seminggu
seperti yang CloudKilat miliki adalah
hal yang paling masuk akal.
Mengapa hal tersebut menjadi diterima dengan baik? Karena
dari hasil riset yang sama Softchoice tayangkan, menyatakan bahwa 25% dari responden
tersebut mengakui jarang terlibat langsung dalam pembelian aplikasi. Dari 25%
tersebut, 33%-nya mengatakan hal tersebut tidak terlalu dibutuhkan, 12%-nya berpendapat
proses tersebut cenderung menyita waktu, dan 36%-nya tidak masalah dengan
pengeluaran.
Tidak bisa disalahkan memang, namun bukan berarti menutup diri atas informasi dari pihak ketiga seperti penyedia layanan komputas awan dalam kasus ini.