Diterbitkan tanggal 27 September 2017 oleh wildan
Komputasi awan memiliki tiga kategori utama dari pemanfaatannya; yakni infrastructure-as-a-service (IaaS), platform-as-a-service (PaaS), dan yang terakhir ialah software-as-a-service (SaaS). Dengan meratanya adopsi komputasi awan di dunia, SaaS menjadi kian populer lantaran kemampuannya mendistribusikan sebuah layanan langsung ke pengguna melalui Internet.
Berbagai startup digital di Indonesia memberikan layanan dan solusi berbasis komputasi awan. Layanannya beragam, mulai dari aplikasi point of sales (POS) seperti Moka, aplikasi akuntansi seperti Jurnal.id dan Sleekr, aplikasi proses billing/penggajian seperti Talenta dan Gadjian, dan masih banyak lainnya.
Kemudahan aksesnya menjadikan SaaS sebagai strategi utama perusahaan teknologi untuk menjalankan layanannya, bukan lagi sebagai strategi alternatif. Misalnya, Microsoft memiliki produk Microsoft Office, lalu era komputasi awan mendorong inovasi terlahirnya Office365 dengan segala kemudahan akses dan fitur kolaboratifnya.
Sama seperti benefit yang ditawarkan oleh gagasan komputasi awan itu sendiri, alasan menggunakan SaaS ialah efisiensi. Perusahaan/startup tidak perlu memasang dan menjalankan aplikasi mereka di sistem mereka, ini tandanya perusahaan bisa mengurangi biaya kepemilikan perangkat keras, perangkat lunak, dan pemeliharaannya.
Belum lagi biaya aplikasi berbayar yang mahal dibebankan di muka agar bisa terpasang di banyak komputer sekaligus. SaaS faktanya bisa menjadi lebih terjangkau dengan model bisnis yang umumnya disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi sekali lagi, fleksibilitas ini tergantung kebutuhan dan pola penggunaan.
Karena penyedia layanan SaaS biasanya mematok harga pada beberapa parameter penggunaan aplikasinya. Misalnya, biaya dibebankan berdasarkan jumlah transaksi, atau waktu tertentu, atau metode pengukuran lainnya. Persis bagaimana dengan layanan komputasi awan itu sendiri bekerja.
Aplikasi SaaS kebanyakan bisa diakses menggunakan peramban yang terhubung ke Internet. Maka dari itu tidak heran jika benefit ini mendukung perusahaan untuk mengizinkan pegawainya bisa mengakses aplikasi SaaS di manapun dan kapanpun. Tidak lupa bahwa istilah “mobile friendly” juga berarti bisa diakses lewat smartphone, tablet, dan laptop. TIdak terpaku pada komputer desktop saja.
Itulah mengapa layanan SaaS sangat mengandalkan ketangguhan dari penyedia layanan komputasi awan. Di CloudKilat misalnya, penyedia SaaS bisa meyakinkan para penggunanya bahwa server mereka selalu tersedia 24/7 dengan 99% uptime.
Para pemain SaaS di Indonesia juga bisa mengandalkan layanan CloudKilat untuk memastikan aplikasi mereka terbarukan dengan sebuah fitur keamanan yang menjanjikan perlindungan untuk semua pengguna.