Blog

​Prediksi Komputasi Awan Tahun 2017 Dari Para Ahli

Diterbitkan tanggal 23 December 2016 oleh michael

Komputasi awan untuk pasar Indonesia adopsinya umum diketahui sebatas hosting, dan Software as a Service (SaaS) saja. Meski penyebarannya mulai merata dan lebih variatif, tahun 2017 mendatang nampaknya akan memberikan warna baru bagi seluruh penggunanya di sini.

TheWhir merangkum pendapat para ahli di sektor komputasi awan dunia mengenai pandangannya di tahun 2017 nanti. Predeksi-prediksi yang akan terjadi, dan apa yang harus diantisipasi.

Kontainer

Teknologi kontainer membawa inovasi menjadi efek berantai yang berdampak ke satu dan hal lainnya dalam hal DevOps. Director of Product Management Skytap, Dan Jones, menyatakan bahwa umumnya DevOps dijalankan dengan tools-tools yang menyulitkan, walau hasilnya pun menjanjikan, skema ini menjadi pilihan yang mau-tak-mau dijalani perusahaan. Namun dengan keberadaan startup seperti Kubernetes yang bisa mengorkestrai kontainer, kemudian startup lainnya yang menyederhanakan adopsi dari Kubernetes, menjadikan semua terasa lebih cepat dan stabil secara bersamaan.

Docker juga belum lama ini mengumumkan keputusannya untuk tersedia juga sebagai open-source, mengandalkan komunitas untuk adopsi yang lebih cepat lagi.

Keamanan

Keamanan memang telah menjadi momok yang menakutkan bagi gagasan komputasi awan. Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi komputasi awan perlu mendemonstrasikan dan meyakinkan bahwa hal-hal yang mereka lakukan aman dan mematuhi tata tertib. Dan berdasarkan pelajaran dan pengalaman yang sejauh ini diperlihatkan, isu keamanan di komputasi awan bukan lagi sesuatu yang perlu dirisaukan di tahun depan.

CEO Compass Datacenters Chris Crosby mengatakan, serangan-serangan DDoS seperti yang dilancarkan Dyn akan memaksa para penyedia layanan untuk mulai melakukan outsource aspek keamanannya ketimbang harus mempekerjakan SDM yang tidak berkompeten.

Multi-cloud

CTO Rackspace John Engates sendiri menekankan pada frasa “multi-cloud” sebagai prediksinya. Menurutnya, banyak perusahaan saat ini mengatur banyak platform komputasi awan secara sekaligus, namun dilakukan secara sembarang. Hal ini karena tiap-tiap tim memiliki kebutuhan yang beragam dan memilih secara independen platformnya masing-masing.

“Prediksi saya tahun depan kita akan menyaksikan lebih banyak perusahaan mengeksekusi strategi multi-cloud dengan lebih matang dari berbagai penyedia layanan komputasi awan. Ini termasuk tantangan SDM yang sangat ahli dalam lingkup teknologi komputasi awan yang lebih luas. Dan yang lebih penting lagi adalah keamanan (secara) multi-cloud,” paparnya.